Membangun Sinergi Industri dan Vokasi

Beberapa bulan yang lalu, Kemendikbud mencetuskan program nikah massal antara industri dan pendidikan vokasi. Hal ini dilakukan melihat realitas hubungan antara pendidikan vokasi dan industri yang dipandang belum terjalin secara maksimal.

Bahkan Nadiem Makarim selaku Mendikbud mengatakan bahwa nikah massal ini bukan sekedar perjanjian kerjasama atau MoU, melainkan kerja sama yang erat dan mendalam sehingga lulusan bisa terserap sebanyak-banyaknya karena kualitas dan kompetensinya yang sesuai dengan dunia usaha dan dunia industri. “Vokasi baru akan lengkap dengan kehadiran praktisi dan kurikulum yang mengikuti kebutuhan industri,” tutur Nadiem.

Kemudian bagaimana men-sinergikan kebutuhan industry dengan vokasi? APKOMINDO eXcellent Center melalui program acara Ruang Vokasi yang dikemas secara online menghadirkan talkshow dengan judul Membangun Sinergi Industri dan Vokasi. Hadir sebagai keynote speaker adalah Deden Saeful Hidayat, Kepala Bidang PSMK Dinas Pendidikan Jawa Barat. Hadir pula, kepala sekolah SMK Taruna Bhakti, Ramadin Tarigan.

Dari kalangan industry hadir Merry Harun – Canon Business Director PT. Datascrip, Lina Mariani – Senior Manager Commercial & Industry Dept. PT. Epson Indonesia, Tommy Chandra – Business Unit Director Bhinneka, Busman EW – Owner Sentral Komputer dan Fahreza Madali – Owner Reza Printing.

Dalam kesempatan ini, Deden menjelaskan mengenai kebijakan pembangunan pendidikan, khususnya di wilayah Jawa Barat. Lebih lanjut, Ramadin Tarigan menjelaskan permasalahan-permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan. Bahwa terkadang kompetensi yang dimiliki siswa tak sesuai dengan yang diharapkan oleh industri, tetapi disisi lain, industri juga tidak memberikan kontribusi terhadap mutu layanan sekolah.

Pihak industri yang diundang dalam acara ini pun menyatakan bahwa ada yang kurang dalam siswa lulusan SMK, jika secara hard skill ada yang terlihat menonjol tetapi tidak dibarengi soft skill yang memadai, artinya kesiapan mental dan perilaku, ini yang harus ditingkatkan. Tommy Chandra secara bijak menyatakan bahwa pelaku industri juga mempunyai tanggung jawab untuk membantu dunia pendidikan agar SDM-nya makin maju.

Hal yang paling penting dan disepakati bersama adalah sinkronisasi kurikulum atau penyusunan kurikulum bersama antara vokasi dan industri agar tidak ada ketimpangan. Agar nantinya lulusan juga lebih mudah beradaptasi di dunia kerja, sehingga perusahaan tidak perlu lagi membimbing atau men-training mereka.

Seperti disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto bahwa ada lima syarat minimal agar link&match  antara pendidikan vokasi dan dunia industri dapat tercapai.

  1. Terciptanya link and match antara vokasi dengan dunia industri adalah pembuatan kurikulum bersama. Di mana kurikulum tersebut harus disinkronisasi setiap tahun dengan industri.
  2. Pihak industri wajib memberikan guru atau dosen tamu. Minimal pengajaran dari dosen dan guru tamu ini dilakukan minimal 50 jam per semester.
  3. Pemberian magang kepada siswa SMK dan mahasiswa vokasi dari industri yang dirancang bersama. Wikan mengatakan, pihaknya mewajibkan magang minimal satu semester.
  4. Sertifikasi kompetensi. Menurut Wikan, kompetensi merupakan hal yang sangat penting untuk lulusan vokasi. Sertifikat dibutuhkan untuk menunjukan level kompetensi lulusan vokasi.
  5. Komitmen menyerap lulusan sekolah vokasi oleh industri. “Paket link and match hingga level menikah yang kami rancang yaitu mengembangkan teaching factory. Jadi teaching industry masuk ke dalam kurikulum,” tutup Wikan.

Bagi anda yang ingin melihat tayangan Ruang Vokasi, Membangun Sinergi Industri dan Vokasi dapat menyimak melalui Youtube Channel Apkomindo Info https://www.youtube.com/watch?v=SCBvlnQNp8Y


Was This Post Helpful:

0 votes, 0 avg. rating

Share:

Bambang W

Leave a Comment